Rabu, 09 Desember 2009

Hari Anti Korupsi


Jakarta Aman, Bukti SBY Salah Curiga

Kemarin 9 Desember, diperingati sebagai Hari Anti Korupsi. Di KPK diselanggarakan sebuah peringatan yang sangat semarak, menghadirkan begitu banyak orang dan dimeriahkan oleh dua band ternama ibu kota, Gigi dan Slank. Sebuah upaya yang bisa dibilang populer, lebih-lebih sebelumnya KPK banyak membuat Sekolah Anti Korupsi. Acara yang berlimpah anak-anak muda di bilangan kuningan Jakarta tersebut kental dengan suasana

populer, acara yang agak formal hanya deklarasi anti korupsi bersama kemudian langsung diramaikan oleh musik-musik dari ke dua band tersebut.

Bisa kita lihat nuansa populer di acara KPK tersebut dengan target anak-anak muda. Tentu pintu masuk ‘pop culture’ tentu isu anti korupsi yang dibuat KPK sangat menggema. Lalu pertanyaan berikutnya efektifkah itu? Atau jangan-jangan hanya populer KPK nya tapi korupsinya jalan terus?

dalam sebuah website kamus di internet mengaakan korupsi berasal dari bahasa latin, corruptio dari kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Dijelaskan pula, menurut ‘Transparancy International’ adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Kalau kita mau menilik lebih ke dalam sebenarnya korupsi adalah perilaku yang potensial ada di setiap diri manusia karena adanya hawa nafsu di dalam diri manusia. Hawa nafsu adalah keinginan untuk lebih dan ini sangat manusiawi. Masalahnya jika keinginan untuk lebih sangat besar sehingga tidak lagi menghiraukan norma-norma yang ada dan yang pasti akan merugikan kepentingan orang lain. Dengan persepsi ini maka korupsi adalah sesuatu yang jamak dan sekali lagi potensial di setiap manusia, terbukti dari banyak hal yang bisa kita saksikan di sekitar kita. Bila di lalu lintas banyak yang saling serobot jalur sehingga lalu lintas menjadi semrawut adalah contoh korupsi di jalanan, atau terlambat datang ke kantor itu juga merupakan bentuk korupsi. Maka kesimpulannya korupsi adalah sebuah sikap mental yang ada di diri manusia.

Semakin besar ia memiliki kuasa tentu kemampuan untuk melakukan korupsi besar juga, dan kuasa tidak datang begitu saja. Maka dari itu sikap mental untuk anti korupsi adalah proses yang berkesinambungan sejak manusia masih kecil. Bila memang kita pemerintah RI serius melakukan kampanye anti korupsi maka harus berada di ranah target pengubahan sikap mental anak bangsa. Ini adalah proses kerja yang sistemik, karena korupsi tidak terjadi dengan sendirinya tentu ada motivasi, ada kesempatan sehingga orang cenderung korupsi. Nah, hal itu bisa diatur sebaik mungkin dengan sebuah sistem sehingga motivasi dan kesempetan korupsi menjadi kecil. Contoh yang paling gampang adalah jangan buat orang selalu merasa kelaparan, karena orang yang lapar pasti akan agresif dan bisa melakukan apa saja.

Apakah promosi anti korupsi melalu jalur panggung musik mampu menyelesaikan orang-orang lapar di Indonesia. I dont think so, masih terlalu jauh. Melalui pemahaman yang dalam di setiap anak bangsa dan pengaturan sistem yang baik maka gerakan anti korupsi akan menjadi sebuah kesadaran bersama. Dan, itu adalah proses panjang dan harus sistemik. Artinya proses kampanye anti korupsi harus menyentuh jenjang hidup manusia Indonesia dari kecil dan bukan sebuah slogan tetapi sebuah pembentukan lingkungan bersih sehingga terbentuk sebuah kesadaran yang kuat dan akhirnya anti korupsi menjadi sebuah kebiasaan.



JAKARTA -
Kecurigaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bakal adanya pihak-pihak yang akan menunggangi peringatan Hari Anti korupsi tidak terbukti. Kecuali di Makassar yang diwarnai kericuhan, secara umum aksi damai memperingati Hari Antikorupsi kemarin berlangsung aman. Bahkan unjuk rasa di ibu kota yang diikuti sekitar 5 ribu massa yang dipusatkan di silang Monas depan Istana Merdeka juga berlangsung tertib. “Ini membuktikan Presiden salah menerima informasi intelijen. Ujung-ujungnya rakyat takut padahal ancaman tidak terbukti,” ujar Koordinator Koalisi Masyarakat Antikorupsi Fadjroel Rahman usai berdemo kemarin.

Fadjroel menyebut, gara-gara pernyataan Presiden, banyak agenda aksi yang terbengkalai karena elemen pendukung takut. “Misalnya kami mau buat pentas di Taman Ismail Marzuki. Awalnya mereka setuju, tapi gara-gara pernyataan SBY, justru batal, soalnya mereka takut,” kata Fadjroel. Selain itu, panitia juga kesulitan mencari sound system. “Persewaan alat menjadi khawatir. Sangat berlebihan peringatan itu,” katanya.

Effendi Ghazali, pakar komunikasi politik UI, juga menilai SBY gagal membuktikan ucapannya sendiri. “Jelas sudah sekarang siapa yang justru membuat suasana menjadi tegang. Kita ini fun-fun saja kok,” kata Effendi yang kemarin jadi pembawa acara demo itu di depan Istana.

Menurut Effendi, SBY seharusnya mengevaluasi bawahannya yang memberi laporan salah dan palsu. “Kalau data intelijen yang tidak benar digunakan, itu membahayakan negara,” katanya.

Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti menyebut kekhawatiran SBY justru blunder bagi kewibawaan pemerintah. “Ternyata aman-aman saja, pasar juga kondusif,” kata Ikrar. Seharusnya, kata Ikrar, SBY harus tenang merespons demonstrasi. “Kalaupun ada info intelijen, itu bisa disikapi secara silent. Tidak perlu meminta belas kasihan pada rakyat,” katanya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, puluhan aparat kepolisian disiagakan langsung di depan Istana yang telah dikelilingi oleh kawat berduri. Sejumlah massa dari KAPAK (Komite Pemuda Antikorupsi) yang membakar “pocong” bergambar Menkeu Sri Mulyani dan Wapres Boediono, dibiarkan saja oleh aparat.

Padahal, biasanya, aparat kepolisian sangat reaktif jika pengunjuk rasa mulai bakar membakar. Hanya terjadi insiden kecil saat seorang yang diteriaki copet diteriaki massa dan akhirnya diamankan polisi.

Aksi yang diikuti puluhan organisasi mahasiswa dan massa rakyat di silang Monas dikoordinasi oleh Gerakan Indonesia Bersih (GIB). Mereka menggelar panggung terbuka berlatar lima butir tuntutan mereka dalam Piagam Indonesia Bersih 2009. Kemarin mereka berencana melanjutkan aksi di Bundaran Hotel Indonesia.

Namun rencana itu dibatalkan karena di Bundaran HI sudah banyak massa yang dicap sebagai pendukung Presiden SBY seperti LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) dan Arus (Aliansi Rakyat untuk SBY). Dimulai pukul 13.00, aksi yang dipandu Effendi Gazali dan Sandrina Malakiano itu berakhir satu jam kemudian.

Penasihat GIB yang juga ketua umum PP Muhamadiyah, Din Syamsudin, mengatakan, rakyat telah membuktikan bisa melakukan aksi dengan damai. “Tidak ada batu, dan juga tidak ada kerikil sekalipun,” kata Din dalam orasinya.

Din juga menyebut skandal Bank Century sebagai penyakit kanker di tubuh bangsa. “Untuk itu, harus dituntaskan,” kata Din. Aksi di Monas juga dimeriahkan penampilan penyanyi Edo Kondolagit, Franky Sahilatua, dan Ras Muhamad.

Sekitar 30 ribu massa dari 45 elemen masyarakat sipil mengikuti aksi unjuk rasa di sisi istana lapangan Monumen Nasional (Monas). 45 elemen masyarakat sipil yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Bersih (GIB) antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudi), Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan 13 badan eksekutif mahasiswa se-Jakarta.

Selain itu, Aliansi Parlemen Jalanan, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Transparancy Internasional Indonesia (TII), Forum Diskusi Aktivis 77/78, Forum Trisakti 98, Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI).

Aksi juga didukung pimpinan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan Nahdlatul Ulama.

Mereka menuntut penuntasan kasus-kasus korupsi, terutama kasus dugaan korupsi pengucuran dana talangan Bank Century, menerapkan hukuman mati bagi koruptor, dan pembersihan lembaga penegak hukum. Massa menolak diplomasi pencitraan Presiden SBY serta lobi-lobi politik di DPR untuk menyelesaikan kasus tersebut melalui jalur politik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

playboy